Postingan

Harga Minyak Mentah Indonesia Turun Jadi US$62,98 Per Barel

TabloidNasional . Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) mencatat rata-rata harga minyak mentah Indonesia (ICP) pada November 2018 sebesar US$62,98 per barel. Rerata itu turun dari Oktober 2018 yang sebesar US$77,56 per barel. Penurunan juga dialami ICP Sumatran Light Crude (SLC). Pada bulan lalu ICP SLC turun dari US$78,09 per barel pada Oktober 2018 menjadi US$62,98 per barel. Penurunan ICP sejalan dengan tren anjloknya harga minyak mentah utama di pasar internasional. Tim Harga Minyak Indonesia mencatat rata-rata harga Dated Brent November 2018 turun sebesar US$16,41 per barel dari US$81,15 per barel menjadi US$ 64,74 per barel. Kemudian, harga WTI (Nymex) turun sebesar US$14,07 per barel dari US$70,76 per barel menjadi US$56,69 per barel. Basket OPEC juga turun sebesar US$ 13,72 per barel dari US$ 79,39 per barel menjadi US$ 65,67 per barel. Terakhir, Brent (ICE) turun sebesar US$ 14,68 per barel dari US$ 80,63 per barel menjadi US$ 65,95 per barel. "Penurunan harga

Rupiah Melemah Rp 455, Setiap Impor Migas Naik US$ 1 Miliar

TabloidNasional . Nilai tukar rupiah mudah terpengaruh oleh transaksi ekspor impor minyak dan gas (migas). Hal tersebut terlihat dari dampak ekspor impor terhadap perubahan besaran nilai tukar. Direktur Eksekutif ReforMiner Institute Komaidi Notonegoro mengatakan, berdasarkan simulasi ReforMiner, setiap terjadi kenaikan impor US$ 1 miliar maka rupiah melemah sebanyak Rp 455. "Simulasi yang kami lakukan, setiap ada kenaikan kebutuhan devisa untuk impor sebesar US$ 1 miliar, dan asumsi variabel ekonomi lain tetap, akan menurunkan nilai tukar Rp 455 per dolar," kata dia dalam acara Media Gathering PT Medco E&P Indonesia dan Medco E&P Natuna Ltd, di Taman Budaya Sentul, Bogor, Minggu. Sementara, setiap kenaikan ekspor US$ 1 miliar dolar maka rupiah akan menguat sebanyak Rp 467. Hal itu berbeda dengan ekspor impor untuk non migas. Dia menerangkan, setiap kenaikan impor non migas sebesar US$ 1 miliar rupiah akan melemah Rp 90. Jika ekpor non migas meningkat US$ 1 mil

DPR: Jangan Sampai Kebablasan!, Utang BUMN Rp 5.271 Triliun

HarianPress . Anggota Komisi VI DPR RI Lili Asdjudiredja mengingatkan bahaya utang yang ditanggung BUMN. Dia mengingatkan jangan sampai BUMN berutang terus sampai kebablasan. Menurut Lili utang berbahaya, terutama utang dengan mata uang asing yang bisa membahayakan ekonomi nasional, karena bisa kena dampak dari pelemahan nilai mata uang rupiah. Apalagi dengan situasi nilai mata uang yang bisa naik dan turun tanpa diprediksi. "Yang berbahaya adalah (utang) dari luar negeri di mana kursnya berubah, naik turun. Kalau ini terjadi terus menerus saya khawatirkan apakah utang luar negeri ini tidak membahayakan (ekonomi nasional)," ujar Lili dalam Rapat Dengar Pendapat dengan Kementerian BUMN, di Ruang Rapat Komisi VI, Gedung DPR Senayan, Senin. Lili menegaskan bahwa utang luar negeri ini tidak boleh dianggap remeh. "Bagaimanapun juga ini memberikan pengaruh yang cukup besar, kalau kita tidak bisa membayar utang, pasti akan ada risiko ke depan," pungkasnya. "Ja

di Pundak BUMN Ada Tumpukan Utang dan Beban Infrastruktur Jokowi

KanalUtama . Utang Badan Usaha Milik Negara (BUMN) era Presiden Joko Widodo (Jokowi) kembali menjadi sorotan. Jumlahnya terus meroket dari tahun ke tahun, bahkan mencapai ribuan triliun. Berdasarkan data Kementerian BUMN, jumlah utang perusahaan-perusahaan pelat merah per September (unaudited) mencapai Rp5.271 triliun per September 2018. Jumlah utang tersebut mencakup Dana Pihak Ketiga (DPK) bank BUMN. Di luar DPK, jumlahnya mencapai Rp2.994 triliun. Ekonom Institute for Development of Economics and Finance (INDEF) Bhima Yudhistira Adhinegara menilai bengkaknya utang BUMN di era Jokowi terjadi karena dua hal, yaitu penugasan dan tekanan nilai tukar rupiah. Dari sisi penugasan, target pembangunan infrastruktur menjadi salah satu biang keladi suburnya pertumbuhan utang perusahaan-perusahaan milik negara. Tengoklah beban pembangunan yang kini harus ditanggung para BUMN karya, seperti PT Waskita Karya (Persero) Tbk, PT Hutama Karya (Persero), PT Wijaya Karya (Persero) Tbk, hingga PT Adhi K

Proyek Ambisi Jokowi Pemerintah, Trans Papua yang Telan Korban Pekerja

PojokNasional . Proyek Trans Papua sejatinya dimulai sejak era Presiden BJ Habibie. Namun, pembangunannya baru dilakukan secara masif pada 2015 di era Presiden Joko Widodo (Jokowi). Sepanjang 2015-2019, pemerintahan Jokowi menargetkan penyelesaian Trans Papua sepanjang 1.066 km. Dengan demikian, jalan Trans Papua sepanjang 4.330 km di Provinsi Papua Barat dan Papua ditargetkan tembus pada 2019. Meski belum seluruhnya beraspal, terbukanya sebagian besar jalan, terutama di daerah Pegunungan Papua diharapkan akan membuka keterisoliran dan menurunkan harga barang-barang. Sepanjang 2015-2017, pembangunan jalan ini telah menelan anggaran pemerintah mencapai Rp18 triliun. Pemerintah juga tengah membuka skema baru untuk pembiayaan infrastruktur jalan di Papua dengan skema kerja sama pemerintah swasta (Kerja Sama Pemerintah dan Badan Usaha Ketersediaan Layanan/Avaiblity Payment). Namun, di tengah semangat pemerintah yang menggebu-gebu, dugaan pembunuhan sejumlah pekerja Istaka Karya mewarnai pe

pada Kuartal III 2018 Laba Pertamina Anjlok Rp30 triliun

RakyatUtama . Kementerian Badan Usaha Milik Negara (BUMN) mencatat laba bersih PT Pertamina (Persero) hingga kuartal III 2018 hanya mencapai Rp5 triliun. Laba tersebut anjlok Rp30 triliun dibandingkan periode yang sama tahun lalu yang mencapai Rp35 triliun. Kinerja tersebut terungkap dalam data Kementerian BUMN yang dipaparkan Deputi Bidang Restrukturisasi dan Pengembangan Bisnis Aloysius Kiik Ro pada Selasa (4/12). Data tersebut juga mengungkapkan total utang Pertamina yang melonjak dari Rp371 triliun menjadi Rp522 triliun. Di sisi lain, aset meningkat dari Rp694 triliun menjadi Rp923 triliun. Sedangkan ekuitas naik dari Rp323 triliun menjadi Rp400 triliun. Laba Pertamina anjlok secara signifikan sejak 2016. Pada akhir 2016, perusahaan mencatatkan laba mencapai US$3,15 miliar atau sekitar Rp42,3 triliun. Laba tersebut kemudian turun menjadi US$2,54 miliar atau sekitar Rp34,4 triliun. Pahala sebelumnya memperkirakan laba perusahaan hingga akhir tahun ini akan menciut dibandingkan perol

Tahun Depan Waskita Jual 18 Ruas Tol Termasuk Trans-Jawa

RakyatDigital . PT Waskita Karya (Persero) Tbk akan menjual 18 ruas tol yang dimilikinya mulai tahun depan secara bertahap. Dua di antaranya merupakan Tol Pejagan-Pemalang dan Tol Pemalang-Batang yang merupakan bagian dari rangkaian Tol Trans-Jawa. Direktur Utama Waskita Karya I Gusti Ngurah Putra mengatakan perusahaan sebenarnya sudah mulai menawari 18 ruas tol itu kepada beberapa pihak. Namun, proses jual tampaknya baru benar-benar terjadi tahun depan. "Kemarin kami sempat presentasi di acara tahunan IMF, itu banyak yang minat. Mungkin masih pada menunggu, karena ada juga proyek yang belum tuntas 100 persen," ujarnya, dikutip Selasa. ia bilang beberapa ruas tol yang belum selesai 100 persen merupakan ruas yang ada dalam rangkaian Tol Trans-Jawa. Targetnya, ruas tol tersebut baru selesai pada bulan ini, sebelum musim mudik Natal 2018 dan Tahun Baru 2019. Meski begitu, ia masih enggan buka suara mengenai pihak mana saja yang benar-benar siap membeli ruas tol milik Waskita Kar